Langsung ke konten utama

SEJARAH ANDALAS

Andalas berasal dari bahasa Melayu/Minang yang merujuk pada nama sebuah Pohon, di Sumatera Barat disebut Andaleh. Pohon Andalas adalah tumbuhan langka yang memiliki banyak manfaat, kayunya bisa digunakan sebagai bahan bangunan, furniture dan dapat dibentuk menjadi tuas roda kincir air. Bahkan daunnya dimanfaatkan sebagai makanan bagi ulat sutera. Sejak dulu Pemerintah Sumatera Barat telah menjadikan Pohon Andalas sebagai maskot daerahnya. Sedangkan Universitas Andalas adalah nama yang diberikan oleh Bung Hatta karna ketika itu universitas Andalas adalah perguruan tinggi pertama yang didirikan di Pulau Sumatera. Lalu apa sebenarnya hubungan Andalas dengan Pulau Sumatera (secara keseluruhan)? Padahal banyak orang berpendapat bahwa Andalas adalah julukan yang hanya digunakan untuk menggambarkan provinsi Sumatera Barat saja. Oleh karenanya, banyak buku sejarah nusantara yang tidak membahas tentang Andalas. Pada kenyataannya, Andalas adalah nama lain dari Pulau Sumatera, selain juga disebut Pulau Percha dan Swarnadwipa/Swarnabhumi (yaitu bahasa sanskerta yang berarti Tanah Emas). Menurut beberapa riwayat, pemberian nama Andalas untuk Pulau Sumatera didasari karena adanya kemiripan antara negeri-negeri di Sumatera dengan negeri Andalusia, Spanyol, dengan Andalusia yang dikenal sebagai negeri yang bertabur emas. Pendapat lainnya adalah karena adanya kemiripan antara bentuk daun tanaman Andalas dengan bentuk pulau Sumatera. Dikisahkan bahwa nenek moyang orang Sumatera telah merawat tanaman-tanaman Andalas sejak ratusan tahun lalu, yaitu disebuah daerah bernama Nagari Andaleh, Sumatera Barat. Lalu perubahan zaman telah membuat nenek moyang dan keturunan mereka terpencar, sehingga tanaman-tanaman Andalas itupun tak terawat dan sulit berkembang biak. Namun sebuah bukti keberadaan pohon-pohon tesebut sejak ratusan tahun lalu masih dapat kita saksikan di nagari Andaleh, disana tumbuh Pohon Andalas yang diperkirakan hidup sejak 500 tahun silam. Tentu saja sebagai orang Sumatera haruslah memiliki pengetahuan tentang tanah leluhur dan berkontribusi dalam mempertahankan  wujud dari sejarah tersebut, sehingga ada bukti yang dapat diperlihatkan. Untuk itu langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencegah kepunahan Pohon Andalas. Populasi Andalas telah menghadapi masa-masa langka yang berpotensi kearah punah, menurut tim peneliti dari Universitas Andalas Padang yang melakukan kajian ilmiah tentang keberadaan dan karakteristik tanaman tersebut di daerahnya, menemukan bahwa populasi Pohon Andalas di Sumatera Barat tidak lebih dari 250 batang. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa sebatang Pohon Andalas ditemukan tumbuh mencapai 8,1 M dengan tinggi ± 60 M. Sehingga sejak diterbitkannya hasil penelitian tersebut telah memicu pembudidayaan Tanaman Andalas dengan sistem Silvikultur Intensif, khususnya di Provinsi Sumatera Barat yang mencakup kawasan seluas 100Ha di daerah Jorong Luhuang – Nagari Singgalang, Kecamatan Lima Koto – Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Pulau Andalas, Pulau Percha dan Pulau Emas. Nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera yang terletak di pesisir timur Aceh. Yang diawali kedatangan seorang petualang asa maroko yaitu Ibnu Batutah ke kerajaan tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, dan Selanjutnya Sumatera  tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. Nama asli Sumatera, sebagaimana terdapat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah Pulau Emas. Istilah tersebut disebutkan oleh cerita rakyat minangkabau yaitu Pulau Ameh (Pulau Emas) yaitu dalam cerita Cindua Mato. Dan seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas. Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa (pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa.

Di dalam salah satu naskah Yunani kuno mengungkapkan bahwa pulau sumatera dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan dan kapur barus yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur. Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja) Sumtrabhumi (Raja tanah Sumatra),  berdasarkan berita China ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula Setelah postingan pertama tentang Sejarah Asal Nama Indonesia sekaran admin akan bagi bagi informasi kembali tentang Asal Nama Pulau Sumatera, pulau terbesar ke 6 di indonesia ini memiliki nama lain yaitu Pulau Andalas, Pulau Percha dan Pulau Emas. Nama Sumatera berawal dari keberadaaan Kerajaan Samudera yang terletak di pesisir timur Aceh. Yang diawali kedatangan seorang petualang asa maroko yaitu Ibnu Batutah ke kerajaan tersebut pada tahun 1345, dia melafalkan kata Samudera menjadi Samatrah, dan kemudian menjadi Sumatra atau Sumatera, dan Selanjutnya Sumatera  tercantum dalam peta-peta abad ke-16 buatan Portugis, untuk dirujuk pada pulau ini, sehingga kemudian dikenal meluas sampai sekarang. Nama asli Sumatera, sebagaimana terdapat dalam sumber-sumber sejarah dan cerita-cerita rakyat, adalah Pulau Emas. Istilah tersebut disebutkan oleh cerita rakyat minangkabau yaitu Pulau Ameh (Pulau Emas) yaitu dalam cerita Cindua Mato. Dan seorang musafir dari Cina yang bernama I-tsing yang bertahun-tahun menetap di Sriwijaya (Palembang sekarang) pada abad ke-7, menyebut Sumatera dengan nama chin-chou yang berarti negeri emas. Dalam berbagai prasasti, Sumatera disebut dalam bahasa Sanskerta dengan istilah: Suwarnadwipa (pulau emas) atau Suwarnabhumi (tanah emas). Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Naskah Buddha yang termasuk paling tua, Kitab Jataka, menceritakan pelaut-pelaut India menyeberangi Teluk Benggala ke Suwarnabhumi. Dalam cerita Ramayana dikisahkan pencarian Dewi Sinta, istri Rama yang diculik Rahwana, sampai ke Suwarnadwipa. Para musafir Arab menyebut Sumatera dengan nama "Serendib" (tepatnya: "Suwarandib"), transliterasi dari nama Suwarnadwipa. Abu Raihan Al-Biruni, ahli geografi Persia yang mengunjungi Sriwijaya tahun 1030, mengatakan bahwa negeri Sriwijaya terletak di pulau Suwarandib. Namun ada juga orang yang mengidentifikasi Serendib dengan Srilangka, yang tidak pernah disebut Suwarnadwipa. Di dalam salah satu naskah Yunani kuno mengungkapkan bahwa pulau sumatera dijuluki chryse nesos, yang artinya pulau emas. Sejak zaman purba para pedagang dari daerah sekitar Laut Tengah sudah mendatangi Nusantara, terutama Sumatera. Di samping mencari emas, mereka mencari kemenyan dan kapur barus yang saat itu hanya ada di Sumatera. Sebaliknya, para pedagang Nusantara pun sudah menjajakan komoditi mereka sampai ke Asia Barat dan Afrika Timur.

Kata yang pertama kali menyebutkan nama Sumatra berasal dari gelar seorang raja Sriwijaya Haji (raja) Sumtrabhumi (Raja tanah Sumatra),  berdasarkan berita China ia mengirimkan utusan ke China pada tahun 1017. Pendapat lain menyebutkan nama Sumatera berasal dari nama Samudera, kerajaan di Aceh pada abad ke-13 dan abad ke-14. Para musafir Eropa sejak abad ke-15 menggunakan nama kerajaan itu untuk menyebut seluruh pulau. Sama halnya dengan pulau Kalimantan yang disebut Borneo, dari nama Brunai, daerah bagian utara pulau itu yang mula-mula didatangi orang Eropa. Demikian pula pulau Lombok tadinya bernama Selaparang, sedangkan Lombok adalah nama daerah di pantai timur pulau Selaparang yang mula-mula disinggahi pelaut Portugis. Odorico da Pordenone dalam kisah pelayarannya tahun 1318 menyebutkan bahwa dia berlayar ke timur dari Koromandel, India, selama 20 hari, lalu sampai di kerajaan Sumoltra. Ibnu Bathutah bercerita dalam kitab Rihlah ila l-Masyriq (Pengembaraan ke Timur) bahwa pada tahun 1345 dia singgah di kerajaan Samatrah. Pada abad berikutnya, nama negeri atau kerajaan di Aceh itu diambil alih oleh musafir-musafir lain untuk menyebutkan seluruh pulau. Pada tahun 1490 Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia dan di sana tertulis pulau Samatrah. Peta Ibnu Majid ini disalin oleh Roteiro tahun 1498 dan kemudian muncullah naa Camatarra. Peta buatan Amerigo Vespucci tahun 1501 mencantumkan nama Samatara, sedangkan peta Masser tahun 1506 memunculkan nama Samatra. Ruy d’Araujo tahun 1510 menyebut pulau itu Camatra, dan Alfonso Albuquerque tahun 1512 menuliskannya Camatora.  Antonio Pigafetta tahun 1521 pertama kali memakai nama yang mendekati nama pada saat ini yaitu Somatra. Catatan-catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake abad ke-16, selalu konsisten dalam penulisan Sumatera. Bentuk inilah yang menjadi baku, dan kemudian disesuaikan dengan lidah Indonesia: Sumatera. Sehingga sampai sekarang Pulau Emas tersebut di beri nama Sumatera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ACEH SERAMBI MAKKAH

Aceh merupakan daerah dari Indonesia yang pertama kali memeluk agama Islam. Dengan kata lain, Aceh merupakan pintu gerbang (layaknya serambi / teras rumah) yang lebih dulu dijumpai bila ada tamu yang hendak memasuki rumah. Dari Aceh pula Islam tersebar keseluruh pelosok Nusantara. Adapun para penyiar agama Islam dai Aceh diantaranya; Empat orang diantara Wali Songo yang membawa Islam ke Jawa berasal dari Aceh, yakni Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Syarif Hidayatullah, dan Syeikh Siti Jenar. Sejarah mencatat bahwa Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan berbagai negara di dunia. Hal tersebut dipelopori oleh adanya pusat pendidikan tinggi di Aceh yaitu Jami'ah Baiturahman. Adalah sebuah Universitas yang memiliki jurusan dan fakultas keislaman. Adapun negara yang pernah mengenyam pusat keipmuan di Aceh pada masa tersebut adalah; Turki, Palestina, India, Bangladesh, Thailand, Mindanau, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Makassar. Kerajaan Aceh Darussalam pernah memperoleh pen...